Memulai Bisnis : Belajar Dari Kesalahan Survei



Muslimpreneur, lagi  tentang trik dan tips memulai bisnis yang halal lagi thoyyib. Kali ini, kita akan belajar dari pemain bisnis lain yang sudah mapan, khususnya dalam melakukan survei pasar. Selamat menikmati.
Survei adalah tahapan proses yang penting dan tidak bisa dilewatkan begitu saja dalam memulai dan bahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan bisnis kita. Sedemikian pentingnya, sehingga setiap pelaku bisnis  harus dapat melakukannya, sekalipun sederhana. Akurasi  metodologi dan kemampuan menangkap keperluan pasar di saat ini dan masa depan menjadi syaratnya.

Pertengahan tahun 90-an, British Airways (BA) melakukan survei kepada para penumpang kelas eksekutif, apa yang penting dan dibutuhkan oleh penumpang. Jawaban terbanyak adalah makanan dan anggur yang enak, kursi yang nyaman dan video yang menarik.  Dengan dasar itu, BA melakukan penyempurnaan untuk kursi penumpang dan menambah canggih piranti film dan audio di kursi. Namun pada saat BA  mengimplementasikan hal itu, dunia sudah memasuki era milenium dimana konsumen sudah semakin dekat dengan dunia IT. Setiap pebisnis yang bepergian dan naik kelas eksekutif kebanyakan  sudah menenteng notebook. Apa yang mereka butuhkan? Nomor satu ternyata adalah colokan listrik untuk notebook mereka. Tidak ada pebisnis yang ingin bepergiaan berjam-jam dengan notebook yang kehabisan baterai.
Saat ini lebih dari 1.700 penerbangan di negara maju sudah memiliki colokan listrik di kursi kelas eksekutif. Namun BA yang paling lambat merespon kebutuhan ini. Hal yang tidak tertangkap pada saat mereka melakukan  survei pada pelanggan (segmen utama majalah Marketing 06/IX/Juni 2009). Jadi, BA  melakukan survei untuk memahami apa yang diinginkan konsumen pada saat sekarang, namun lupa melihat apa yang diinginkan konsumen di masa depan.

Hikmah yang bisa kita petik adalah bisnis kita yang halal dan thoyyib pun memerlukan survei. Survei kita  juga mesti  bisa memenuhi dua syarat tadi.  Jika syarat ini tidak terpenuhi, maka kita akan masuk  ke dalam situasi “kegagalan merencanakan = merencanakan kegagalan”. Kegagalan survei akan menghasilkan tanda-tanda kegagalan bagi bisnis kita.  Meski, tentu tidak semua keinginan pasar bisa kita ikuti, terutama kalau hal itu ‘nyerempet’ atau bahkan bertabrakan dengan syariah.  Jadi , survei kita bukan sekadar survei  pasar, tapi survei yang sekaligus mengedukasi pasar.  Kongkritnya,  mantapkan produk kita yang halal dan thoyyib, lalu kita survei pasar untuk menjawab apakah produk kita sesuai dengan yang diinginkan konsumen saat ini dan mampu memenuhi kehendak konsumen di masa depan.  Pasar muslim di Indonesia saat ini dapat disebut memiliki awarness cukup tinggi dengan produk halal.  Meski mungkin ada yang masih menghendakinya, karena tatanan kehidupan kita saat ini masih sekuler, tapi jangan jejali pasar kita dengan  produk yang tidak halal alias haram. Karena, yang pertama jelas ini haram. Yang kedua, lagi-lagi kita tidak mengedukasi pasar dengan syariah.

Ini juga – kiranya -  yang menjadi salah satu faktor  keberhasilan Green Sand  (GS) meningkatkan pangsa pasarnya. Dengan kejeliannya,  GS  menghilangkan kadar alkoholnya  yang satu persen menjadi nol persen dan hasilnya penjualannya meningkat luar biasa. Kalau tak keliru, naik hingga 400 persen.  Padahal bisa saja, GS mengikuti minuman lain berjenis shandy yang cukup populer di negara barat, meningkatkan kadar alkoholnya agar bisa menjadikan orang peminumnya benar-benar fly.  Tapi, alhamdulillah, pilihan yang diambil adalah yang pertama, bukan yang kedua.
Jadi, sekali lagi, lakukan survei untuk memahami apa yang diinginkan konsumen pada saat sekarang dan untuk melihat apa yang diinginkan konsumen di masa depan serta tetap mengedukasi pasar dengan syariah. Nah.

Muhammad Karebet widjajakusuma

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kekhawatiran Barat akan bangkitnya Ideologi Islam

Struktur Negara Khilafah