Jebakan Mindset dalam Bisnis!
Oleh :
Risky Irawan
Sesungguhnya
perkara yang halal itu sudah jelas dan perkara yang haram juga sudah jelas.
Diantara keduanya adalah hal-hal yang meragukan (syubhat), yang tidak
diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa bisa menjaga dirinya dari
hal-hal yang syubhat itu, berarti dia telah memelihara agama dan
kehormatannya. Sementara barangsiapa yang terjatuh ke dalam hal-hal yang
syubhat, berarti dia telah terjatuh ke dalam hal-hal yang haram sebagaimana
seorang pengembala yang menggembala di sekitar daerah terlarang, dimana
dikhawatirkan hewan gembalaannya merumput ke daerah terlarang itu. Katahuilah
bahwa setiap penguasa memiliki wilayah terlarang, dan wilayah terlarang Allah
adalah hal-hal yang telah Dia haramkan. (Muttafaqun ‘alaih)
Saya
pernah beberapa kali mendengar ungkapan dari beberapa kalangan masyarakat
yang menyebutkan bahwa, “Mengais rezeki dari Allah yang haram saja sulit,
apalagi yang halal!”.
Nah Lho,
Ada apa ini? Yup, Tanpa disadari hal tersebut seolah-olah sudah me-mind
set mereka untuk melakukan cara apapun dalam bekerja atau berdagang
(usaha). Yang penting “Asal dapat duit”, apapun itu dilakukan,
sehingga terjebak dalam praktek-praktek yang bertentangan dengan aturan yang
syar’i.
Dalam
hadits diatas, Nabi Muhammad SAW secara bijak telah memberikan pesan agar
tidak memasuki wilayah terlarang, tentunya hal ini sudah digariskan oleh
Allah SWT.
Banyak
kasus praktek “ASAL-ASAL-an” ini biasanya disebabkan oleh dua hal, yang
pertama yaitu penjualan produk barang atau jasa yang tidak kunjung laku dan
diterima di pasaran. Yang kedua adalah ingin segera mendapatkan keuntungan
banyak dalam waktu yang relatif singkat. Jadi dalam kaitannya untuk
menyelesaikan masalah tersebut dipilihlah jalan singkat yang ternyata bisa
menyesatkan diri sendiri dan juga konsumen. Otomatis praktek seperti itu
membuat bisnis kita menjadi bisnis yang tidak berkah. Dan kalau tidak berkah,
tentunya bisnis tersebut tidak akan langgeng.
Mari kita
sedikit menganalisa, produk dan jasa anda tidak laku biasanya dikarenakan
karena cara marketing anda. Semisal apabila produk atau jasa anda
tidak terlalu baik tapi jika jika marketing anda baik maka produk atau
jasa anda akan laku di pasaran. Terlebih apabila produk yang bermutu
dikawinkan dengan teknik marketing yang mumpuni. Jawaban yang Simple
bukan? Ya, caranya memang simple namun kita harus detail untuk mendapatkan
hasil yang maksimal, karena untuk membuat bisnis yang solid perlu team yang
solid juga, untuk menciptakan produk yang laku kita harus melihat kebutuhan
pasar, kemudian ide tersebut dituangkan dalam produk dan jasa yang akan
diciptakan, lalu untuk menciptakan produk atau jasa yang baik perlu proses
produksi (operasional) yang baik pula, Setelah jadi produk atau jasa maka
perlu strategi marketing yang mendukung citra produk agar mudah
diingat dan diterima konsumen, Agar diterima konsumen perlu proses edukasi
yang berkesinambungan. Setelah edukasi maka perlu dibuat penawaran kepada
konsumen agar konsumen tahu benefit dari produk dan jasa sehingga memutuskan
pembelian. Nah, proses pembelian ini tentunya kita harapkan dapat terus
menerus, maka perlu lah pelayanan purna jual sehingga silaturahmi antar
produsen dan konsumen tetap terjaga. Kalau silaturahmi sudah terbina, Insya
Allah rejeki tidak akan lari kemana!
Tanpa
perlu pusing memikirkan prosesnya lagi, Jebakan Mindset dapat diobati
dengan mudah apabila kita menjiplak secara menyeluruh strategi bisnis Nabi
Muhammad yang sudah pasti terbukti berhasil diterima masyarakat pada masanya
dan bahkan samapi dengan saat ini. Berikut beberapa ajaran Rasulullah yang
dapat me-refresh pikiran kita, yaitu :
1. Memiliki Visi Bisnis yang Mulia
Visi
yang dilakukan Nabi Muhammad dalam berbisnis yaitu, dengan dimensi spiritual,
dimana bukan hanya memperbesar laba saja tetapi memiliki dimensi Sedekah,
Zakat, Infak yang besar pula, Menjalin silaturahmi dengan siapapun,
Mengembangkan empati dan sinergi binsis dengan siapapun. Pebisnis spiritual
tidak berkantung kepada siapapun kecuali Allah SWT, dia tidak terpengaruh
oleh turun naiknya kurs mata uang, tidak terpengaruh juga oleh ketakutan akan
persaingan bisnis. Dalam benaknya ia yakin Allah selalu melindungannya.
2. Tidak zalim terhadap konsumen dan orang-orang yang
bekerja di dalamnya.
Secara
logika orang zalim akan bangkrut karena apabila ia berbuat zalim dan
orang-orang yang tidak dizalimi tidak ridha kepadanya maka akan datang celaka
bahwa Allah akan mentransfer dosa-dosa orang-orang yang dizalimi
Dalam
hadits disebutkan :
Barangsiapa
yang mempunyai barang-barang dari hasil mendzalimi saudaranya, maka hendaknya
dia meminta kerelaannya dari saudaranya itu. Sebab kelak disana (akhirat),
dinar dan dirham, tidak berguna lagi, sebelum kebaikan (pahalanya) diberikan
kepada saudara yang dizaliminya itu. Apabila dia tidak mempunyai kebaikan
(pahala), maka dosa-dosa saudaranya itu diambil, lalu dilemparkan kepadanya.
(HR. Bukhari)
Hal
ini sangat memberi kita pembelajaran yang berharga bahwa sungguh tidak baik
apabila kita tidak memberikan hak konsumen untuk mengetahui produk kita
dengan selain menyebutkan benefit dan nilai, kita juga dapat menyebutkan
secara jujur kekurangan produk kita untuk disikapi konsumen. Dalam kaitannya
juga ini merupakan salah satu cara memudahlkan pelanggan seperti yang
disebutkan dalam hadits :
Allah
memasukkan ke dalam surge seseorang yang mempermudah urusan ketika dia
menjadi penjual, atau ketika ia menjadi pembeli, atau ketika ia menjadi
hakim, atau ketika ia menjadi terdakwa. (HR Ahmad)
3. Menjual Barang Yang Halal Saja
Disebutkan
dalam hadits :
Sesungguhnya
jika Allah telah mengharamkan sesuatu, maka (dengan otomatis) Dia juga
mengharamkan hasil penjualannya. (HR. Ahmad)
4. Jangan Menjual Hal Yang Tidak Jelas
Disebutkan
dalam hadits :
Ibnu
Abbas ra. Menyampaikan bahwa Rasulullah SAW melarang jual beli buah-buahan
yang belum masak (yang masih ada di pohonnya), bulu domba yang menempel di
badannya, dan susu yang masih dalam tetek binatang. (HR At-Thabrani dan
Daruquthni)
Dewasa
ini banyak prektek ijon yang berspekulasi membeli hasil pertanian yang belum
dipanen. Apabila ia membayar hasil panen itu dan ternyata hasilnya melebihi
perkiraan, tentu ia akan untung. Namun apabila sebaliknya hasil pertanian
terkena hama sehingga jauh dari dugaan maka tentu petani yang akan untung.
Islam jelas-jelas melarang praktek-praktek bisnis yang tidak saling
menguntungkan karena berbau judi atau untung-untungan (maisir).
5. Menjual Dengan Harga Yang Layak
Disebutkan
dalam hadits :
Seorang
wanita bertanya kepada Rasulullah SAW : “Saya seorang pedagang. Apabila saya
membeli sesuatu, saya menawarnya lebih rendah dari harga yang saya kehendaki.
Lalu saya naikkan harganya sesuai dengan keinginan saya. Sebaliknya, jika
menjual sesuatu, saya menawarkannya dengan harga yang lebih tinggi dari harga
yang saya kehendaki. Kemudian, saya turunkan sedikit demi sedikit sehingga
mencapai harga yang saya inginkan”.
Rasulullah
SAW bersabda : “Jangan engkau lakukan itu. Apabila engkau hendak membeli
sesuatu, maka tawarlah dengan harga yang engkau berikan atau engkau tolak.
Jika engkau menjual sesuatu, tawarlah dengan harga yang ingin engkau berikan,
atau engkau tolak”. (HR. Ibnu Majah)
6. Menghindari Keserakahan dan Sifat Culas
Tidak
ada seseorang yangmemonopoli perdagangan, kecuali dia termasuk orang yang
salah. (HR Muslim)
Orang
yang suka mengolok-olok, mencaci maki, dan bersikap sombong akan masuk
neraka, semua sifat itu tidak akan berkumpul pada diri seorang Muslim. (HR
Ath-Thabrani)
7. Mengajak Orang lain Untuk Berbisnis Yang Maslahat
Disebutkan
dalam hadits :
Abu
Hurairah ra. Mengungkapkan, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa
membebaskan seorang Muslim dari jual-beli yang mengakibatkan penyesalan,
kelak Allah akan membebaskan dia dari segala dosanya. (HR Abu Dawud dan Ibnu
Majah)
Ketujuh
hal diatas semoga bisa me-refresh pola bisnis kita menjadi hal yang
lebih baik. Apabila kita konsisten menjalankan ajaran Bisnis Nabi bukan
musatahil rejeki dan ridha Allah SWT akan bersama kita selalu. Mari
selamatkan bisnis kita dari mindset yang menjebak!
|
Komentar
Posting Komentar